• Home
  • Features
  • Fiksi
  • Travel
  • Privacy Policy
  • Pengalaman hamil dan melahirkan anak pertama



    Setiap pasangan suami dan istri pasti menginginkan buah hati hadir dalam kehidupan mereka. Begitupun juga dengan saya dan suami. Selang 3 bulan setelah menikah, saya diberi anugrah yang luar biasa dari Allah SWT. Setelah tespack sendiri di rumah dibantu tante yang juga perawat di salah satu rumah sakit, saya ke puskesmas untuk lebih memastikan. Dan Alhamdulillah saya memang sedang positif hamil.
     
    Memasuki bulan kedua, saya mulai merasa banyak yang aneh. Mulai mual dan muntah, tidak bisa ke dapur, sangat jijik dengan wc meskipun wcnya bersih. Pokoknya banyak hal yang aneh. Hahhahaha
    Terus yang paling menyiksa kalau setelah makan langsung muntah. Rasanya tidak mau makan karena takut muntah.
     
    Hal itu berlangsung hingga bulan ke empat.  Di trimester kedua sudah agak lumayan, sudah bisa ke dapur, muntah sudah berkurang, dan  sudah enak makannya.
     
    Di trimester ketiga, makan kayaknya bertambah porsinya saking lahapnya makan. Tapi setelah periksa ke dokter obgyn, katanya janinnya kurang berat. Mungkin pengaruh begadang. Kenapa begadang karena pas hamil, qadarullah, ibu saya sakit keras jadi saya harus menjaga beliau. Pernah sampai pingsan saking capeknya dan kurang tidur. Tapi itu semua sudah lewat, Alhamdulillah ibu sudah sehat kembali.
     
    Karena ini anak pertama, jadi hampir setiap bulan atau bahkan dua kali dalam sebulan saya ke bidan atau ke dokter periksa. Maklumlah ya, anak pertama jadi belum ada pengalaman dan was-wasnya masih sangat tinggi. hahaha
     
    Di bulan ke delapan kehamilan, badan terasa sakit semua kalau malam. Apalagi yang bagian belakang, duh jadi gak bisa tidur nyenyak. Minggu ke 38 kehamilan saya ke rumah sakit ibu dan anak karena panggul sudah mulai sakit yang tak tertahan.  Jarak rumah saya dan rumah sakit sekitar satu jam. Maklum saya tinggal di desa jadi tidak ada rumah sakit ibu dan anak yang dekat. Sampai di sana, ternyata sudah keluar lendir, jadi harus segera mengambil kamar untuk diobservasi lebih lanjut. Ternyata baru pembukaan satu. Dua jam kemudian dokternya datang lagi memeriksa kondisi saya. Karena pembukaan tidak maju jadi saya diinduksi. Duh, gak kebayang sakitnya minta ampun dah. Kata orang, sakit diinduksi itu tiga kali lebih sakit dari sakit kontraksi alami. Saya sampai pukul-pukul dinding saking sakitnya. Kalau ingat masa itu merinding sendiri.
     
    Pukul 4 lewat dini hari pembukaan sudah lengkap dan saya segera dibawa ke ruang bersalin. Tidak lama di ruang bersalin, ketuban pecah dan lahirnya putri kami di jam 4.30 dini hari.
     
    Itu deh, cerita saya selama hamil dan melahirkan.

    1 komentar