Setiap pasangan suami dan istri pasti menginginkan buah hati hadir dalam kehidupan mereka. Begitupun juga dengan saya dan suami. Selang 3 bulan setelah menikah, saya diberi anugrah yang luar biasa dari Allah SWT. Setelah tespack sendiri di rumah dibantu tante yang juga perawat di salah satu rumah sakit, saya ke puskesmas untuk lebih memastikan. Dan Alhamdulillah saya memang sedang positif hamil.
Memasuki bulan kedua, saya mulai merasa banyak yang aneh.
Mulai mual dan muntah, tidak bisa ke dapur, sangat jijik dengan wc meskipun
wcnya bersih. Pokoknya banyak hal yang aneh. Hahhahaha
Terus yang paling menyiksa kalau setelah makan langsung
muntah. Rasanya tidak mau makan karena takut muntah.
Hal itu berlangsung hingga bulan ke empat. Di trimester kedua sudah agak lumayan, sudah bisa
ke dapur, muntah sudah berkurang, dan sudah enak makannya.
Di trimester ketiga, makan kayaknya bertambah porsinya
saking lahapnya makan. Tapi setelah periksa ke dokter obgyn, katanya janinnya
kurang berat. Mungkin pengaruh begadang. Kenapa begadang karena pas hamil,
qadarullah, ibu saya sakit keras jadi saya harus menjaga beliau. Pernah sampai
pingsan saking capeknya dan kurang tidur. Tapi itu semua sudah lewat, Alhamdulillah
ibu sudah sehat kembali.
Karena ini anak pertama, jadi hampir setiap bulan atau
bahkan dua kali dalam sebulan saya ke bidan atau ke dokter periksa. Maklumlah ya,
anak pertama jadi belum ada pengalaman dan was-wasnya masih sangat tinggi.
hahaha
Di bulan ke delapan kehamilan, badan terasa sakit semua
kalau malam. Apalagi yang bagian belakang, duh jadi gak bisa tidur nyenyak. Minggu
ke 38 kehamilan saya ke rumah sakit ibu dan anak karena panggul sudah mulai
sakit yang tak tertahan. Jarak rumah
saya dan rumah sakit sekitar satu jam. Maklum saya tinggal di desa jadi tidak
ada rumah sakit ibu dan anak yang dekat. Sampai di sana, ternyata sudah keluar lendir,
jadi harus segera mengambil kamar untuk diobservasi lebih lanjut. Ternyata baru
pembukaan satu. Dua jam kemudian dokternya datang lagi memeriksa kondisi saya. Karena
pembukaan tidak maju jadi saya diinduksi. Duh, gak kebayang sakitnya minta
ampun dah. Kata orang, sakit diinduksi itu tiga kali lebih sakit dari sakit
kontraksi alami. Saya sampai pukul-pukul dinding saking sakitnya. Kalau ingat
masa itu merinding sendiri.
Pukul 4 lewat dini hari pembukaan sudah lengkap dan saya
segera dibawa ke ruang bersalin. Tidak lama di ruang bersalin, ketuban pecah
dan lahirnya putri kami di jam 4.30 dini hari.
Itu deh, cerita saya selama hamil dan melahirkan.
MasyaAllah, lalu lahirlah baby Reina cantiik
BalasHapus