Beberapa hari lalu aku menelfonmu, dengan malu-malu aku mengatakan bahwa aku rindu. Aku benar-benar rindu, Ayah. Namun gadis -yang masih kau anggap kecil ini selalu malu mengutarakannya. Lima bulan lulus kuliah, dan sebulan merantau jauh darimu untuk meraih harap semoga bisa mandiri, tak membebanimu lagi dalam hal materi, namun mungkin malah semakin membebanimu dalam hal kekhawatiran. Kekhawatiranmu malah kadang mengalahkan segalanya. Apakah Ayah ingat saat aku hendak ke pulau jawa untuk pertama kalinya? Karena beberapa insiden kecil di Bandara, Ayah hampir saja melarangku pergi. Namun setelah aku dan kawanku meyakinkan Ayah bahwa semua akan baik-baik saja, akhirnya Ayah merelakanku pergi walau beberapa hari kemudian Mama memberitahuku bahwa Ayah sempat meneteskan air mata di dalam mobil masih di parkiran bandara karena terlalu khawatir dengan keadaanku. -sungguh maafkan aku Ayah atas hal itu, aku benar-benar berdosa telah membuatmu meneteskan airmata.