Langsung ke konten utama

Ranah 3 Warna by A Fuadi



Ranah 3 warna, sebuah novel yang membuatku terhanyut saat membacanya. Membuat semangatku membara saat membacanya. Membuat diriku menggebu-gebu untuk segera menulis saat membacanya. Membuat diriku berani bermimpi besar saat membacanya. Dan membuat diriku mengumpulkan keberanian untuk menghadapi dunia dan tantangannya saat membacanya. Tapi pertanyaannya, apakah aku sanggup melakukan itu semua saat tidak sedang membacanya? Entahlah... namun aku berjanji pada diri sendiri untuk melakukan perubahan... 


Novel kedua dari triogi Negeri 5 Menara yang ditulis oleh A.Fuadi ini sungguh sangat menginspirasi. Setiap katanya bagaikan mantra yang membuat diri ingin mengikuti jejak-jejak si Alif (tokoh utama dalam novel) untuk terus berjuang melawan kerasnya hidup dan cobaan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa... 


Sebelumnya, dalam novel Negeri 5 Menara terdapat mantra yang sangat mujarab bagi Alif yaitu ‘Man Jadda Wa Jadda’. Namun dalam novel Ranah 3 Warna, mantra ini tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif juga menggunakan mantra kedua yaitu ‘Man Shabara Zhafira’. 


Saat di lembaran-lembaran awal, saya sangat salut dengan semangat Alif untuk mendapatkan ijazah agar bisa mendaftar UMPTN dan bisa masuk kuliah di universitas yang sangat ia impikan. Bukan hanya sampai disitu perjuangan Alif, masih banyak cobaan yang terus menghujaninya. Namun ketabahan, kesabaran dan semangatnya membuat semua itu terlewati meski tetap membekas di hati. 


Ada bagian cerita yang membuatku sangat sangat kagum pada Alif. Dengan ketekunan dan kerja kerasnya, dia bisa menapakkan kakinya di benua Amerika, tepatnya di Kanada. Di sana ia memilki banyak pengalaman-pengalaman seru dan menyenangkan. Saat di perantauan Alif selalu teringat syair Imam Syafi’i “Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.” 



“Apa pun kelebihan dan keterbatasanmu, jadilah orang berguna untuk dirimu, keluargamu, masyarakatmu, sebanyak mungkin dan seluas mungkin.” 
-Ranah 3 Warna- 




Man jadda wajada : siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. 
Man shabara zhafira : siapa yang bersabar akan beruntung. 




-iLa-

Komentar

  1. Waktu itu aku ikut Asian Literary Festival dan narasumbernya uda Fuad ini. Pas bahas buku ini aja, saat beliau cerita mengenai kisah nyatanya, rasanya meleleh. Terharu banget sama perjuangan beliau

    BalasHapus
  2. Model novel seperti ini yang bagus buat dibaca ya, mampu memberikan semangat sekaligus motivasi kepada pembacanya.

    BalasHapus
  3. Karya A. Fuadi memang terkenal berkualitas ka. Kalau ga salah sering best seller ya.

    BalasHapus
  4. Aku terakhir baca karya A. Fuadi kayaknya pas SMA. ya ampun kangenn. Thanks mbaa reviewnyaaa. Pengin baca jugaa

    BalasHapus
  5. "Orang berilmu dan beradab tidak akan tinggal di kampung halaman". Jadi merasa mau merantau lagi hahah

    BalasHapus
  6. Saya baru membaca Negeri 5 Menara dan novel itu bagus sekali. Pernah kepikiran mau baca lanjutannya, Ranah 3 Warna ini, tapi entah kenapa waktu itu malas sekali membaca buku. Sekarang jadi pengen baca novel lagi

    BalasHapus
  7. Entar pas saya maen2 di gramed, coba ku ubek2 lagi novel ini. Wah, memang bener ya kombinasi novel karya A. Fuadi lebih filosofis dan memandang agama sebagai bagian penting dalam menunjang kesuksesan seseorang. Novel Negeri 5 Menara lebih kentara dengan Man jadda wajada, dan novel yang ranah 3 warna lekat dengan "Man shabara zhafira": lebih mengingatkan akan pentingnya sikap sabar untuk meraih segala impian.

    BalasHapus
  8. Auto buka lemari buku lagi, saya punya novelnya ini kalau nggak salah. Keren banget memang ya kak isinya

    BalasHapus
  9. salah satu novelis yang mampu memberikan semanagt di setiap goresan pena di bukunya ya mbak ila. setuju banget kita baru akan merasa manisnya hidup setelah berjuang ya mbak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kafe Hits di Balikpapan

Kalau bosan dengan Balikpapan yang itu-itu aja, tapi ingin keluar nongkrong, coba deh ke kafe. Di sana kamu bisa melepas penat dengan ngobrol dengan teman-teman atau sekedar foto-foto. Berikut ada beberapa rekomendasi kafe yang pernah saya kunjungi di Balikpapan. 1. Dialog Coffee Tidak diragukan lagi, kafe ini sangat hits, saking hitsnya kafe ini memiliki tiga cabang di dalam kota Balikpapan. Kafe...tiga cabang dalam satu kota... wooow... - Dialog Coffee BP : BPN Permai H2 No 57 - Dialog Coffee BB : BPN baru C2 No 16 - Dialog Coffee RB : Ruko Bandar Blok C No 18-19 Saya ke Dialog Coffee yang di Ruko Bandar. Ada dua lantai, kemarin karena di lantai bawah penuh, saya ke lantai atas. Awalnya sih ragu, takutnya di lantai atas tidak senyama di lantai bawah, ternyata pun sangat nyaman buat menghabiskan waktu. Untuk masalah menu, pilihannya banyak. Karena baru pertama datang ke sana, jadi saya bertanya apa yang paling banyak dipesan, ternyata kopi dengan campuran ...

Daftar Gunung-Gunung yang Cocok untuk Pemula di Indonesia: Petualangan Pertamamu yang Tak Terlupakan

Bagi kamu para pecinta alam yang ingin memulai petualangan pendakian, Indonesia adalah surga yang tepat. Negara kita kaya akan keindahan alam pegunungan dengan berbagai tingkat kesulitan. Namun, bagi pemula, memilih gunung pertama bisa menjadi tantangan tersendiri. Tak perlu khawatir, artikel ini akan memberikan rekomendasi gunung-gunung di Indonesia yang cocok untuk pendaki pemula, dengan tingkat kesulitan yang rendah namun tetap menawarkan pemandangan yang menakjubkan. Memulai pendakian di gunung yang tepat akan memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memotivasi untuk terus menjelajahi alam. Gunung yang cocok untuk pemula umumnya memiliki jalur pendakian yang jelas, tidak terlalu terjal, dan waktu tempuh yang relatif singkat. Selain itu, fasilitas pendukung seperti pos pendakian dan sumber air yang mudah diakses juga menjadi pertimbangan penting. Rekomendasi Gunung untuk Pendaki Pemula Gunung Prau, Jawa Tengah: Keunggulan: Pemandangan lautan awan yang spektakuler, jalur pendakia...

Warung Coto Bintang Timur, Palattae

Pasti sudah tidak asing lagi dong dengan makanan yang satu ini. Coto makassar atau coto mangkasara adalah makanan tradisional Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari daging sapi serta jeroannya   yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Kali ini saya akan sedikit me-review hidangan coto Makassar yang ada di kampung saya. Ya, meskipun jarak warungnya lumayan jauh dari rumah, sekitar 12Km. Warung coto Bintang timur. Openingnya baru beberapa hari yang lalu. Letaknya di pusat kota kecamatan kahu, Kabupaten Bone, Palattae. Saya tipe orang yang kalau makan coto, suka kuahnya yang tidak terlalu kental. Dan di warung ini, pas saya menemukannya. enak!    Isiannya banyak. Gak pelit sama sekali. Saking banyaknya isinya, kuahnya yang duluan habis, jadi saya minta refil kuah. Eh, malah dikasi satu mangkuk kuah dan ternyata gratis geng refil kuahnya...