Apakah ini Cerpen, atau hanya sebuah Percakapan?
“Bicara saja.”
“Tapi
aku tidak tahu harus memulai darimana. Kau tahu aku kan, aku tidak tahu bicara.”
“Hahah..katamu tidak tahu bicara,
lalu sekarang ini kau sedang apa namanya?”
“Maksudku…”
“Iya…iya aku tahu. Kau mau bicara
apa?”
“Aku
seperti dihindari”
“Maksudnya?”
“Iya,
aku merasa dihindari oleh teman-temanku.”
“Memangnya ada apa? Kau berbuat
salah pada mereka?”
“Nah
itu dia, aku tidak tahu, apakah ini salah atau tidak.”
“Ahh..aku semakin tidak mengerti.”
“Tuh
kan, makanya aku jarang ngomong, orang-orang tidak mengerti apa yang kukatakan.
Termasuk dirimu.”
“Maaf..maaf…”
“Tak
ada alasan kau meminta maaf, kau tak salah. Aku yang…”
“Sudah..sudah… lanjut apa yang
ingin kau bicarakan tadi.”
“Iya.
Begini… aku merasa dijauhi oleh teman-temanku, tadi saja aku mendapat kata-kata
menyakitkan dari mereka.”
“Boleh aku tahu kata-kata itu?”
“Tak
usah, tak ada pengaruhnya juga…”
“Baiklah, terserah dirimu saja.”
“Mungkin
karena salahku juga, tapi arrgggghhh… aku juga tak tahu.”
“Aku tak akan mengerti jika kau
tak menceritakannya.”
“Ok,
aku akan menceritakannya. Dengar baik-baik. Aku tak pernah ke 'sana' ,
aku tak menemukan diriku disana, aku merasa orang asing disana, jadi aku jarang
kesana.”
“Itu artinya, kamu yang menjauhi
temanmu, bukan mereka yang menjauhimu.”
“Tapi
bukan karena temanku, tapi karena tempatnya, aku seperti ikan tanpa air di
sana. Aku tetap ingin bersama temanku, aku sangat menyayangi mereka, tapi aku
tak bisa 'sana', sungguh aku hanya membohongi diriku jika kesana.”
“Katamu kau masih menyayngi
temanmu, tapi kau tak bisa ke 'sana', di 'sana' kan tempatmu dengan
teman-temanmu.”
“Ya,
seperti itulah, kadang aku juga tak mengerti diriku. Ada sesuatu, sesuatu yang
tak pandai kukeluarkan lewat suara, seperti yang kukatakan tadi.
“Tapi yang kau tahu dan bisa kau
deskripsikan, apa? Coba katakan!”
“Aku
tak suka bicara formal.”
“Heh.. maksudmu? Berhenti membuatku
bingung.”
“Ternyata
kau benar-benar belum mengenalku.”
“Maaf”
“Lupakan!
Aku memang kadang terdengar sangat cerewet, tapi coba perhatikan, ada berapa
orang disekitarku jika aku bicara banyak. Iyya, tak lebih dari lima orang. aku tak tahu berbicara di depan orang banyak, mungkin lebih tepatnya malu.”
“Ooo…”
“Juga,
di sana ada banyak aturan, dan kau tahu aku sangat benci aturan, aku suka
kebebasan, aku suka melakukan apapun, meski ternyata saat di sana, aku tak bisa
melakukan apapun, aku harus menjadi orang lain, menjadi ikan yang pura-pura
bertahan hidup meski di sekitarnya tak ada air.”
“Wah, kau terlalu puitis. Hahahha”
“Beginilah
aku…hahahah”
“Semakin banyak hal yang kutahu
darimu, semakin tak kumengerti dirimu.”
“Dan
aku sendiri juga sebenarnya tak mengerti diriku sendiri.”
nb: Terima kasih buat seorang teman yang tadi kutemui, tulisan ini tidak akan hadir jika kata-kata menyakitkan itu tidak kau tujukan padaku. ^^
nb: Terima kasih buat seorang teman yang tadi kutemui, tulisan ini tidak akan hadir jika kata-kata menyakitkan itu tidak kau tujukan padaku. ^^
Komentar
Posting Komentar