“Aku datang…‼!” teriakku dari arah
luar pintu. Tak ada tanggapan, bahkan tak ada suara. Aku heran, biasanya mereka
dengan suara yang tak mau dikalah membalas teriakanku saat aku datang. Dengan langkah
penasaran, aku mengendap-ngendap dari balik pintu. Aku tak mau langsung masuk,
aku mengintip lewat celah-celah pintu yang tak tertutup rapat. “Loh, kok
mereka saling berhadapan, membentuk lingkaran malah.” tanyaku pada diri
sendiri. “mereka terlihat sangat serius. Tak ada sedikitpun suara yang
keluar dari lingkaran itu. Ada apa ini?. Namun tiba-tiba suara tawa
terbahak-bahak pecah dari lingkaran itu. Mereka tertawa terpingkal-pingkal. Mataku
tertangkap oleh mata salah satu dari mereka. “Hei, kau sudah datang? Tumben tidak
teriak!” ucapnya sambil memperbaiki posisi duduknya. “Hah..! tidak teriak? Suaraku
parau gara-gara teriak dari tadi, kalian tuh yang tidak mendengarnya.” Aku masuk
kemudian menjatuhkan tas, “Kalian sedang apa sih? Terus ditangan kalian itu
apa?” rasa penasaranku semakin menjadi-jadi karena tak satupun dari mereka yang
menggubris pertanyaanku. Mereka hanya tersenyum, tertawa sejenak, serius
kembali lalu tertawa lagi. Arrrrrggghhhh mereka sedang apa sih?
“Uno!” aku kaget mendengar salah
satu dari mereka berteriak kencang disusul tawa sejenak.
“Hei! Ini apa? Kalian sedang bermain
apa?” suaraku meninggi.
Mungkin karena mereka sudah
benar-benar menyadari keberadaanku, salah satu dari mereka akhirnya buka mulut.”
Ini permainan uno, mau ikut main?” tanyanya.
“Ikut main? Liat aja baru kali ini!” ucapku.
“Hah? Baru liat? Duh… kemana aja,
kampungan banget!” suara itu dan kalimat itu seperti menamparku.
“Ini permainan sudah lama, makanya
gaul dikit dong!” panas rasanya mendengar kata-kata itu.
“kalau gitu, perhatikan saja dulu,
permainan ini gampang kok” kata bijak ini bisa menetralkan suhu yang mulai
memanas dalam hatiku.
“okelah” ucapku pendek
Akhirnya rasa penasaran itu menguap
juga, aku mulai memperhatikan jalannya permainan yang mereka sebut permainan
Uno. Satu demi satu kartu yang mereka turunkan dan cara serta aturan-aturan
yang berlaku dipermainan itu kucermati. Dalam hati aku bergumam, “Meskipun
aku baru menemukan pemainan ini, aku pasti tidak akan kalah dari kalian!” Beberapa
menit kemudian setelah enam kali permainan terulang, akhirnya saya memberanikan
diri untuk bermain. Tujuh kali permainan diulang, aku selalu jadi yang
terbelakang. Dongkol, tepatnya pada diri sendiri. Kenapa aku tidak bisa
maju-maju. Permainan ke delapan, entah ada angin dan malaikat dari mana, aku
yang pertama kali yang berteriak UNO!
END
Kira-kira si Aku ini, menang atau
tidak ya???
Cerita ini terinspirasi dari
permainan uno saat di basecamp Jlo tadi sore.
Terimakasih sudah mengajariku
bermain Uno… ^^
-ILa-
Posting Komentar