Ini sebenarnya sebuah surat yang kutujukan untuk Tara Dupont, salah satu tokoh dalam novel Autumn in Paris karya ILana Tan. Di Fp-nya Ilana tan, ada sayembara menulis surat untuk tokoh-tokoh dalam novelnya, baik itu Summer in Seoul, Winter in Tokyo, Autumn in Paris ataupun Spring in London. tapi aku memilih mengirimkan surat ke salah satu tokoh di Autumn in Paris... mungkin karena aku telah jatuh hati dengan cerita yang ada di dalamnya, bagaimana tidak, ILana Tan mengalirkan ceritanya dengan sangat indah... -aku jadi iri-
makanya surat ini berjudul "Tara...Aku Iri..!"
makanya surat ini berjudul "Tara...Aku Iri..!"
Hai Tara...
Aku tak tahu harus berkata apa untuk memulai sebuah surat, jadi aku hanya bisa berkata “Apa kabar dirimu disana, Tara?”
Semoga baik saja, dan selalu dalam lindunganNya.
Mungkin surat ini menyita waktumu untuk sekedar membacanya, tapi aku ingin kau tahu apa yang kurasakan saat membaca kisah-kisah hidupmu bersama orang-orang yang kau sayangi dan menyayangimu.
Tara... aku iri padamu...
Betapapun kerasnya kusembunyikan rasa iriku padamu, aku akan semakin tersiksa... bagaimana tidak, kau sangat beruntung dalam hidupmu. Tidak? Kau bilang tidak? Kau salah Tara. Mungkin dengan kejadian yang menimpamu di akhir-akhir cerita kau anggap sesuatu yang sangat tidak adil bagimu, tapi lihatlah kau dikelilingi orang yang sangat menyayangimu. Mereka rela menyimpan rahasia besar itu hanya demi agar kau tidak meneteskan air mata, bahkan melihatmu bersedih saja sudah menjadi sesuatu yang sangat kelam dalam hidup mereka.
Tara... aku iri padamu...
Mengapa Tuhan memberimu kehidupan yang begitu indah. Ingin rasanya aku menjadi dirimu. -kau jangan tertawa, Tara. Aku serius- Ceriamu, temanmu, ayahmu, dirinya, dan surat-surat yang dia kirimkan melalui radio, sungguh membuatku iri.
Tara... aku iri padamu...
Aku sering berfikir bagaimana rasanya mencintai seseorang dengan tulus dan rela berkorban hanya untuk melihatnya tersenyum. Aku ingin sekali memiliki seseorang yang sangat kucintai namun hingga detik ini belum kumenemukannya. Pernah kuberfikir kalau cinta seperti itu tak pernah ada hingga akhirnya kumembaca kisahmu, Tara. Aku sangat iri, aku sangat ingin sepertimu yang mencinta seseorang dengan sangat tulus, bahkan sempat kau berfikir untuk mengakhiri hidupmu karena takdir tak mengizinkanmu untuk bersamanya. Sungguh, Tara... aku sangat ingin merasakan hal seperti itu. dan lebih menguntungkan lagi di kehidupanmu, kau dicintai oleh orang yang sama cintanya dirimu padanya... sebuah kisah yang sangat indah. Sadari itu, Tara... kau tak boleh terpuruk dengan kejadian yang menimpamu di akhir cerita. Kau harus bersyukur, kau harus bahagia, kau harus bangga bisa merasakan bagaimana rasanya mencintai dan dicintai dengan tulus dan sepenuh hati.
Tara... aku iri padamu...
Memiliki jiwa yang besar untuk menerima kenyataan bahwa ia harus meninggalkanmu selamanya, mungkin hanya secuil orang di dunia ini yang memilikinya. Kau sangat tegar, kau sangat kuat, kau sangat berjiwa besar. Hal itu kudapati saat dirimu berkata bahwa kau hanya akan menangis malam itu saja dan selanjutnya esok, kau akan kembali tertawa. Untuk diriku, aku tak yakin akan berkata seperti itu.
Tara... aku iri padamu...
Sungguh....
Tara... aku iri padamu...
Mungkin surat ini bisa dikatakan curhatan diriku untukmu, Tara...
Terima kasih sudah membagikan cerita untukku bagaimana rasanya mencintai seseorang sepenuh hati.
Aku yang selalu iri pada Tara Dupont
-ILa-
Aku tak tahu harus berkata apa untuk memulai sebuah surat, jadi aku hanya bisa berkata “Apa kabar dirimu disana, Tara?”
Semoga baik saja, dan selalu dalam lindunganNya.
Mungkin surat ini menyita waktumu untuk sekedar membacanya, tapi aku ingin kau tahu apa yang kurasakan saat membaca kisah-kisah hidupmu bersama orang-orang yang kau sayangi dan menyayangimu.
Tara... aku iri padamu...
Betapapun kerasnya kusembunyikan rasa iriku padamu, aku akan semakin tersiksa... bagaimana tidak, kau sangat beruntung dalam hidupmu. Tidak? Kau bilang tidak? Kau salah Tara. Mungkin dengan kejadian yang menimpamu di akhir-akhir cerita kau anggap sesuatu yang sangat tidak adil bagimu, tapi lihatlah kau dikelilingi orang yang sangat menyayangimu. Mereka rela menyimpan rahasia besar itu hanya demi agar kau tidak meneteskan air mata, bahkan melihatmu bersedih saja sudah menjadi sesuatu yang sangat kelam dalam hidup mereka.
Tara... aku iri padamu...
Mengapa Tuhan memberimu kehidupan yang begitu indah. Ingin rasanya aku menjadi dirimu. -kau jangan tertawa, Tara. Aku serius- Ceriamu, temanmu, ayahmu, dirinya, dan surat-surat yang dia kirimkan melalui radio, sungguh membuatku iri.
Tara... aku iri padamu...
Aku sering berfikir bagaimana rasanya mencintai seseorang dengan tulus dan rela berkorban hanya untuk melihatnya tersenyum. Aku ingin sekali memiliki seseorang yang sangat kucintai namun hingga detik ini belum kumenemukannya. Pernah kuberfikir kalau cinta seperti itu tak pernah ada hingga akhirnya kumembaca kisahmu, Tara. Aku sangat iri, aku sangat ingin sepertimu yang mencinta seseorang dengan sangat tulus, bahkan sempat kau berfikir untuk mengakhiri hidupmu karena takdir tak mengizinkanmu untuk bersamanya. Sungguh, Tara... aku sangat ingin merasakan hal seperti itu. dan lebih menguntungkan lagi di kehidupanmu, kau dicintai oleh orang yang sama cintanya dirimu padanya... sebuah kisah yang sangat indah. Sadari itu, Tara... kau tak boleh terpuruk dengan kejadian yang menimpamu di akhir cerita. Kau harus bersyukur, kau harus bahagia, kau harus bangga bisa merasakan bagaimana rasanya mencintai dan dicintai dengan tulus dan sepenuh hati.
Tara... aku iri padamu...
Memiliki jiwa yang besar untuk menerima kenyataan bahwa ia harus meninggalkanmu selamanya, mungkin hanya secuil orang di dunia ini yang memilikinya. Kau sangat tegar, kau sangat kuat, kau sangat berjiwa besar. Hal itu kudapati saat dirimu berkata bahwa kau hanya akan menangis malam itu saja dan selanjutnya esok, kau akan kembali tertawa. Untuk diriku, aku tak yakin akan berkata seperti itu.
Tara... aku iri padamu...
Sungguh....
Tara... aku iri padamu...
Mungkin surat ini bisa dikatakan curhatan diriku untukmu, Tara...
Terima kasih sudah membagikan cerita untukku bagaimana rasanya mencintai seseorang sepenuh hati.
Aku yang selalu iri pada Tara Dupont
-ILa-
Posting Komentar