Ini bukan tentang novel karya Andrea
Hirata namun ya memang tulisan ini terinspirasi dari novel tersebut.
Ada. Ada cinta di dalam gelas. Ia
berwujud kopi atau teh yang diseduh dengan segenap hati dan disuguhkan untuk
yang terkasih.
Bicara tentang kopi dan teh, di
sinisaya tidak ingin mengajari anda bagaimana menakar mereka bersama gula dalam
sebuah gelas. Tidak. Bukan itu. Saya hanya ingin berbagi harapan-harapan saya
tentang masa depan yang tentu saja kita tahu bersama kalau masa depan itu
dirahasiakan Tuhan bahkan sedetik kemudian pun kita tak boleh tahu rasahasia
itu. Biarlah Tuhan membuatnya menjadi sebuah kejutan. Ya namanya juga harapan,
kita bebas mengharapkannya, terwujud atau tidak harapan kita ya lihat nanti.
Saya teringat dengan sebuah status
teman saya di sebuah media sosial. Katanya begini “sebesar apa kita boleh
berharap? – sebesar kita mampu menanggung kecewa”
Sebenarnya harapan saya tak
muluk-muluk, saya hanya berharap suatu hari nanti saya bisa berbagi cinta yang
saya tuang di dalam gelas kepada seseorang yang menerima cinta itu dengan
senyuman. Kepada siapa? Saya akan merahasiakannya pada kalian. Dan tentu saja
untuk saat ini Tuhan merahasiakannya pada saya. Karena bagi saya cinta di dalam
gelas itu hanya untuk seseorang yang telah menjadi pasangan saya yang disahkan
oleh agama dan negara.
Di umurku yang sekarang ini, entah
sudah berapa gelas yang telah saya seduh untuk orang-orang di sekitar saya, tapi belum ada cinta di
dalam gelas itu. Hanya ada teh/kopi, gula dan air panas. Hambar? Baiklah, saya
juga menambahnya dengan perasaan sayang, namun bukan cinta.
Cinta di dalam gelas membuatku hanyut
berharap ini itu, dan kepada Sang Pemilik saya meminta seorang untuk kubagi
cinta di dalam gelas. Walau satu gelas namun untuk selamanya.
Nice :)
BalasHapusNice
BalasHapus