Rabu

“Besok hari Rabu. Jika ini hari terakhirku, Rabu akan menjadi hari favoritku.”
--- kutipan dari salah satu sajak Aan Mansyur dalam bukunya ‘Melihat Api Bekerja’


Tidak, tidak mungkin aku menghianati hari Kamis. Aku tetap mencintai hari Kamis lebih dari hari manapun. Jadi jangan beranggapan kalau aku akan berkhianat.

Tapi untuk kali ini, dalam tulisan ini, aku ingin mengunggapkan rasa kagumku pada Rabu.

Tepat seminggu yang lalu, di hari Rabu, aku menerima begitu banyak kejutan, –kau tahu kan aku menyukai kejutan. Eh, tidak, ini lebih dari kejutan, ini hadiah dari Tuhan. Tuhan menghadiahkanku begitu banyak hal baru di hari Rabu seminggu yang lalu.


Bertemu orang-orang baru, hebat dan keren. Sebuah kesempatan yang entah kapan lagi Tuhan berikan padaku. Aku, manusia yang jauh dari kehebatan, jauh dari julukan mengagumkan, bertemu dan berkomunikasi dengan orang-orang hebat adalah sebuah hadiah luar biasa.

Ya, tak ada yang sempurna. Biru, rabu seminggu lalu biru. Ia indah tapi tetap saja biru, ada haru. 

Kesempatan yang awalnya dijanjikan tiga hari harus dipuaskan dengan sehari. Tak apa, aku benar-benar sadar bagaimana keadaan dan kemampuan yang kubawa. Bahkan jika tak ada campur tangan Tuhan, sehari pun itu tak mungkin ada. Jadi syukurku pada Tuhan tak terkira tak terukur.

Diantara semua hadiah di hari Rabu seminggu kemarin, aku beruntung mengenalnya. Meski hari rabu satu minggu yang lalu mungkin akan menjadi hari pertama dan terakhir kami bertemu, aku benar-benar sangat bahagia.

Aku akan menjadi ‘asing’ baginya, tapi aku tetap akan mengenangnya.



Semoga kita bertemu lagi. Semoga!

Komentar