CERPEN Perjalanan Cika

PERJALANAN CIKA

Satu minggu kedepan Cika libur sekolah, maklum habis ulangan semester. Untuk mengisi liburan Cika kerumah nenek yang ada di kampung. Sore itu Cika ke terminal untuk mencari mobil yang akan membawanya ke kampung neneknya. Tak begitu susah mencari mobil jurusan kampung nenek Cika. Tapi karena mungkin musim liburan mobilnya pada penuh-penuh, terpaksa deh Cika desak-desakan dengan penumpang lainnya diatas mobil.

Perjalanan ke kampung nenek Cika membutuhkan waktu empat atau bahkan sampai lima jam jika mobilnya singgah di warung. Dan lagi jalanannya curam dan berbelok-belok,kalau kita ngintip lewat kaca mobil tampak di tepi aspal jurang yang sangat dalam dan mengerikan. Ngga kebayang deh kalau jatuh di situ, kemungkinan untuk selamatnya Cuma nol koma sekian persen.

Karena Cika tidak terbiasa dengan jalanan yang seperti itu, makanya dia pusing dan sedikit mual ditambah lagi suasana mobil yang pengap karena desak-desakan dengan penumpang lainnya. Cika mengeluarkan minyak kayu putihnya yang memang sengaja dia siapkan untuk perjalanan panjang seperti yang sekarang dia alami.

“ ehm… de bisa minta minyak kayu putihnya sedikit tidak??” Tanya ibu-ibu separuh baya pada Cika

“ iya boleh ko’ bu…” kata Cika sambil menyodorkan botol mungil itu.

“ terimakasih ya de” kata ibu itu sambil menuangkan minyak kayu putih di telapak tangannya kemudian mengusapkannya pada keningnya.

Cika hanya mengangguk dan tersenyum lemas karena Cika sudah sangat pusing. Beberapa kali dia mencoba memejamkan matanya tapi selalu saja melek karena kesakitan tertindis badan yang duduk di sebelahnya.

@@@

Arrrgghhh… teriak semua penumpang dalam mobil yang ditumpangi Cika. Di jalan yang berbelok-belok mobil yang ditumpangi Cika hampir menabrak mobil yang berpapasan dengannya. Tapi untunglah sopir mobil itu dapat mengendalikannya. Suasana tegang itu berlalu ketika sopir mengendalikan mobil dengan tenang kembali. Cika yang tadinya shock menghembuskan nafas panjang untuk menenangkan dirinya, dan kembali mencoba memejamkan matanya. Tiba-tiba ada kejadian aneh, sopir kaget dan membanting stir mobil kearah kanan dengan kencang untuk menghindari binatang yang sedang menyebrang, tapi karena dijalur kanan juga ada mobil yang datang dari arah yang berlawanan sopir mobil yang ditumpangi Cika membanting stir mobil kearah kiri dengan sangat cepat. Suasana di dalam mobi kembali tegang, seluruh penumpang berteriak histeris tak terkecuali Cika. Sopir tak dapat mengendalikan laju mobil itu, ditambah lagi jalanan yang licin karena dari tadi gerimis tak kunjung reda. Alhasil mobil masuk kedalam jurang yang dalam, Cika berteriak histeris memanggil-manggil mama dan papanya. Dia sudah pasrah dan merasakan dirinya seperti melayang. Tiba-tiba dia merasakan tubuhnya diguncang-guncang oleh sepasang tangan, tak hanya itu, Cika juga mendengar suara-suara…

“ de’…de’……” kata suara itu

“ uahh…kamu malaikat ya??” Tanya Cika

“ malaikat? Wah bukan de’ aku manusia biasa.” Kata suara itu lagi

“ aku sekarang ada dimana nih? Apa sudah ada di akhirat?” kata Cika lemas yang masih memejamkan matanya.

Suara tadi tak menghiraukan pertanyaan Cika malah dia menguncang-guncang kembali tubuh Cika

“ de’ kita singgah di warung dulu, soalnya banyak penumpang yang lapar.” Kata suara itu yang ternyata pemiliknya adalah ibu-ibu yang tadi meminta minyak kayu putih pada Cika.

“ hah…. Kita ada dimana bu?? Ko’ di akhirat ada warung sih??” Tanya Cika sambil membuka lebar-lebar matanya dan tercengang penuh kebingungan.

“ apa? Akhirat? Ini masih dunia de’.. ngaco aja ahh…” kata ibu-ibu itu

“ kita semua sudah mati bu…tadi mobil jatuh dijurang” kata Cika meyakinkan

“ wahh tambah ngaco aja ini ade’….” Kata ibu itu sedikit tertawa

“ mungkin tadi ade mimpi kali….tadi ade’ tidurnya pulas amat, sampe-sampe pundakku di jadikan bantalan…hahaha” lanjut ibu-ibu, kali ini tertawa lepas

“ oh iya ya… tapi rasanya seperti nyata”

“ sudahah de’ lupakan saja mimpi buruk itu, ayo lekas turun dari mobil dan cari makanan, poasti kamu lapar kan?” ajak ibu itu

“ iya bu…heee” kata Cika nyengir

Cika dan ibu itu berjalam menuju warung yang penumpang lainnya masuki. Tapi tiba-tiba Cika angkat bicara

“ bu… “ sapa Cika

“ iya ada apa?” Tanya ibu itu

“ehm… Cika minta maaf ya bu sudah menjadikan pundak ibu sebagai bantalan buat Cika”

“ sebenarnya pegal juga tapi ga papalah…sudah lupakan saja.” Kata ibu itu sambil tersenyum lebar pada Cika.

Cika sangat lega karena tadi itu Cuma mimpi, tak henti-hentinya dia engucapkan rasa syukur kepada Sang pengatur segalanya.

Maros, 14-3-2009

Ila aswil

Komentar