Langsung ke konten utama

Postingan

PARA PENCARI ILMU

Segerombolan anak-anak pencari ilmu Melangkah ke alam terbuka Tak lagi peduli pada wajah kusam Dan pakaian lusuh Hari ini kita menjadi mereka Merasakan panas dan kerasnya dunia Hanya karena sebuah ilmu Ilmu yang membimbing kita Meraih segala harapan Awalnya, keluh, kesah Menjadi irama yang mengalun dari bibir Hingga seorang datang dan memotong pita suara Dengan sebuah kalimat “Indonesia sudah merdeka, karena itu Matahari telah menjadi milik kita Dan rasakanlah panas sebebas-bebasnya”

Seniman Handal Adalah Alam

Kuas-kuas berwarna Tergores di langit biru Melukis sebuah lukisan Indah Menampakkan warna cerah yang alami Guyuran sinar mentari Menambah silauan kebahagian Menyilaukan setiap pasang mata Titik hujan tak menghapus keceriaan Semakin terdengar titik hujan Semakin menyejukkan jiwa Menenangkan kalbu Dendangan musik alam Terdengar begitu merdu Melodi-melodi mengalun lembut Bak seniman memainkan nada

SAHABAT

Sahabat… Memiliki arti lebih dari kata teman Mereka datang tanpa kusadari Mereka kutemukan tanpa kucari Mereka mengisi kekosongan di hati Mereka menutupi kehampaan di jiwa Sungguh beruntung diriku Memiliki mereka sebagai sahabat Kutertawa karena cerita mereka Kutertawa karena tingkah mereka Dan… Kubahagia karena semua Dari mereka 7 Juli 2009

SANG PAHLAWAN

Hari-hari melelahkan mereka hadapi dengan kesabaran hati. Berkeliling pasar sambil menawarkan plastik-plastik besar tempat menyimpan hasil belanjaan. Kadang mereka kecewa jika ibu-ibu menolak untuk membeli plasti-plastik yang mereka tawarkan. Tapi tak jarang pulang ibu-ibu yang membeli banyak barang dan tidak membawa keranjang belanjaan memanggil mereka, disaat seperti itulah senyum-senyum indah keluar dari bibir anak-anak penjual plastik-plastik itu. Salah seorang diantara mereka bernama Ito,dia seorang anak yang berusia 10 tahun. Ayahnya sudah tiada dan ibunya tidak memepunyai pekerjaan tetap. Karena Ito anak sulung dari tiga bersaudara jadi dia harus berusaha membantu ibunya mencari uang dengan cara menjual plastik-plastik di pasar hanya untuk membeli makanan untuk dirinya dan adik-adiknya yang masih kecil-kecil. Dalam hati Ito selalu menjerit ingin rasanya sekolah tapi keadaan tak memungkinkan,untuk makan setiap hari saja susah apa lagi biaya untuk sekolah. Tapi tak pernah terlinta...

100 Hari Lagi

Hampir tiga tahun kebersamaan ini Menciptakan sejuta kenangan Dan cerita-cerita seru Yang akan menjadi dongeng di kemudian hari 100 hari lagi kebersamaan itu pergi 100 hari lagi waktu dan tempat akan memisahkan kita 100 hari lagi perahu-perahu kita tak lagi sama Dan akan membawa kita ke masing-masing pulau impian 16 November 2009

Goresan Kehidupan

Menggoreskan ujung pena Di kertas putih ini Tak mengerti makna Dari goresan itu Tapi entah mengapa Jari ini terus saja bergerak Menggorekan pena bertinta kelam ini Meninggalkan bekas yang tak mau hilang Goresan palung jiwa Tak tahu tinta berwarna apa Mungkinkah masih ada ruang putih Ruang yang tak ternoda tinta itu Bila hari berganti esok Esok berganti esok Hingga kita mendapati Ujung dari hari dan esok itu Dan ujung dari hari dan esok itu Tinta yang berwarna apa Yang tergores di kehidupan ini Tak dapat menetes lagi Harapn pun muncul Sebuah harapan yang menginginkan Goresan kehidupan ini berwarna cerah Yang mampu menutupi Warna kelam yang pernah tergores.

CERPEN Perjalanan Cika

PERJALANAN CIKA Satu minggu kedepan Cika libur sekolah, maklum habis ulangan semester. Untuk mengisi liburan Cika kerumah nenek yang ada di kampung. Sore itu Cika ke terminal untuk mencari mobil yang akan membawanya ke kampung neneknya. Tak begitu susah mencari mobil jurusan kampung nenek Cika. Tapi karena mungkin musim liburan mobilnya pada penuh-penuh, terpaksa deh Cika desak-desakan dengan penumpang lainnya diatas mobil. Perjalanan ke kampung nenek Cika membutuhkan waktu empat atau bahkan sampai lima jam jika mobilnya singgah di warung. Dan lagi jalanannya curam dan berbelok-belok,kalau kita ngintip lewat kaca mobil tampak di tepi aspal jurang yang sangat dalam dan mengerikan. Ngga kebayang deh kalau jatuh di situ, kemungkinan untuk selamatnya Cuma nol koma sekian persen. Karena Cika tidak terbiasa dengan jalanan yang seperti itu, makanya dia pusing dan sedikit mual ditambah lagi suasana mobil yang pengap karena desak-desakan dengan penumpang lain...