Kurikulum Merdeka Belajar

 
Salam dan Bahagia ~ Pertama-tama, saya mau memperkenalkan diri. Kenapa? yaaa nanti ada salah paham kalau saya ini juga tenaga pendidik. Hahahah 
 
Yup, I’m not a teacher! Yaa… saya bukan seorang guru, tapi sejak kecil saya tertarik dengan dunia pendidikan. Yaa mungkin karena orangtua saya memulai karir sebagai guru. Sekeliling saya juga banyak yang guru, bahkan nih ya suami saya seorang guru. Hahahaha 
 
Ok, seperti judul tulisan ini, saya akan sedikit bercerita dan berbagi apa yang saya tahu tentang kurikulum baru ini, kurikulum ‘Merdeka Belajar’. 
 
Kurikulum Merdeka Belajar diterapkan pada satuan pendidikan untuk tahun ajaran 2022-2024 mulai dari PAUD, SD, SMP, SMA, SMK.

Kata Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Merdeka_Belajar) begini,

Merdeka Belajar adalah program kebijakan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.

Pada tahun mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem peringkat yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat.” 

Tapi kali ini saya akan lebih mengkrucut ke Merdeka Mengajar, bukan membahas tentang apa yang dilakukan murid namun khusus ke gurunya. 

Untuk guru, Kementrian pendidikan menyediakan platform sendiri yaitu Merdeka Mengajar (https://guru.kemdikbud.go.id/). 

Di beranda Merdeka Mengajar, ada

Asesmen Murid

Di dalam Asesmen Murid terdapat beragam paket soal yang bisa dibagikan daring atau luring. Tersedia fitur pemeriksaan otomatis dan analisis hasil yang mendalam.

Perangkat Ajar

Di dalam Perangkat ajar terdapat berbagai macam inspirasi materi mengajar yang terdiri dari modul ajar, buku teks pembelajaran, video pembelajaran, modul preject, dan bahan lainnya yang dikurasi oleh tim ahli Kemendikbudristek.

Pelatihan Mandiri

Program pelatihan yang dibuat oleh para ahli dan terdiri dari beragam topic dan materi yang singkat, relevan, serta praktikal sehingga dapat dipelajari di mana pun dan kapanpun.

Bukti Karya

Di sini, terdapat kumpulan rekam jejak yang menggambarkan kinerja serta kompetensi tenaga pendidik agar dapat saling menginspirasi maupun bertukar pikiran.

Komunitas

Wadah yang dapat digunakan tenaga pendidik untuk berbagi praktik baik dan sarana berdiskusi dalam menerapkan Kurikulum Merdeka.

Lengkap banget kan ya…

Platform Merdeka mengajar ini, menjadi wadah guru untuk terus berkarya dan berbagi praktik praktik baik agar dapat saling menginspirasi dan maju bersama.

Uuuhh, dengan fasilitas seperti itu yang diberikan oleh kemendikbudristek membuat saya jadi pengen jadi guru juga. Haahahah canda ding ! XD

Eh, eh, tapi tahu nggak, masih banyak juga loh guru yang mengeluhkan kurikulum baru ini. Dari apa yang saya dengar, lihat dan baca,  mereka memiliki berbagai kendala, seperti belum terlalu paham teknologi (terutama yang di daerah terpencil), Keterbatasan referensi, Skill yang belum memadai, bahkan ada juga yang terkendala manajemen waktu.

Intinya, dari semua kurikulum yang pernah ada, semua bagus, tergantung bagaimana guru dan murid menerima dan menerapkannya. Jadi ya, apapun kurikulumnya yuk terus belajar. Himbauan belajar bukan hanya untuk tenaga pendidik dan murid, tapi untuk semua kalangan masyarakat, juga ibu ibu rumah tangga seperti saya ini. Hihihihii

Yuk Belajar! Merdeka belajar!

Komentar

  1. Bukan guru tapi bisa berkolaborasi dengan guru semangat jadi pendamping guru

    BalasHapus
  2. Kenapa tidak jadi guru?

    BalasHapus
  3. Memang benar benar harus terus semangat belajar, ya. Bahkan pengajar sekarang lebih bnyk belajar, karena harus terus menyesuaikan dengan kurikulum yg terus berubah.

    BalasHapus
  4. Saya sudah install aplikasi merdeka mengajar, guru tidak harus ribet dg administrasi jika dg memaksimalkan aplikasi ini

    BalasHapus
  5. Kurikulum merdeka sangat menarik, karena memberi ruang kepada anak menunjukkan kemampuannya tanpa takut judgement dari lingkungan. Jadi anak pintar bukan hanya yg jago mata pelajaran tertentu.

    BalasHapus
  6. Nah itu dia kak... masih ada gap kemampuan antara tenaga pendidik dan peserta didik..belum lagi sarana dan prasarana yang tidak seragam.. tapi sejatinya merdeka belajar adalah cara belajar terbaik ke depannya..

    BalasHapus
  7. Ooh, baru tahu nih info mengenai kurikulum merdeka. Lebih memprioritaskan outingclass, biar bisa lebih mengeksplorasi type belajar para siswa.

    BalasHapus
  8. menjadi tenaga pendidik saat ini memang tantangannya berbeda dibandingkan sebelumnya, dituntut kreativitas dan tanggap teknologi, gap yang juga PR bersama antara murid, orangtua, guru
    semoga pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik dan merata agar tidak ada lagi gap pendidikan antar pelosok dan kota

    BalasHapus
  9. Merdeka belajar besutan Nadiem Makarim ini punya semangat yang lebih bagus. Mudah-mudahan turun ke lapisan guru sesuai dengan yang diharapkan. Hehe.

    BalasHapus
  10. Setuju. Apa pun bentuk kurikulumnya kalau guru yang tidak mau berubah dengan belajar maka perubahan kurikulum itu sia-sia.

    BalasHapus
  11. Saking nggak updatenya tentang pendidikan aku nggak tau merdeka belajar itu apa, untung baca artikel ini. Pendidikan sekarang udah jaaaaaauhhhh lebih majuuu ya mbakkkk

    BalasHapus
  12. Smg semangat belajar dan mengajar tetap tumbuh ya meskipun kurikulum sering berganti-ganti

    BalasHapus

Posting Komentar