• Home
  • Features
  • Fiksi
  • Travel
  • Privacy Policy
  • Little story in Pre Part 9 (last)

    aku gak tahu harus menulis apa, sepertinya cerita-cerita selama di Pare ini tak akan muat di blog ini saking banyaknya...

    Kota kecil yng menyimpan begitu banyak kenangan, mungkin begitulah tepatnya julukan yang kuberikan untuk kota Pare ini...

    aku melewati berjuta kejadian yang membekas di hati. dan pastinya tak mudah untuk aku lupakan. 

    malam ini, malam terakhirku berada di sini, di Pare ini. entah kapan lagi aku menginjakkan kaki di kota yang memberiku begitu banyak pelajaran...

    Untuk itu, malam ini aku mencoba utuk membungkus semua kenangan itu, aku tak ingin ada yang lepas, satu pun tak ingin karena kenangan ini begitu berarti...

    peristiwa yang terjadi hari demi hari, orang-orang yang kutemui, makanan, tawa, tangis dan segalanya di Pare ini membuatku begitu sakit malam ini... tapi aku berusaha tegar untuk tak menampakkannya, biarlah air mata itu menjelma menjadi kata di penampungan kata ini... aku tak mau senyum pepisahan itu terhapus oleh wajah muram bahkan hujan tangis...

    Kadang aku marah jika harus berada dalam keadaan seperti ini, tapi aku kembali bertanya pada diri sendiri, "Aku marah pada siapa?"... tidak ada yang bisa disalahkan. mengapa Tuhan harus menjadikan perasaan seperti ini,perasaan akan kehilangan, kehilngan mereka...

    aku tak bisa berkata lagi, sepertinya air mata tak bersahabat lagi, dia tak mau menjelma menjadi kata-kata lagi. dia ingin menjadi dirinya sendiri (maaf jika aku cengeng)

    Esok mungkin aku bertanya-tanya, "Apakah aku bisa mengulangnya? atau setidaknya bertemu mereka lagi?" aku takut mereka melupakan aku, aku takut mereka melupakan kenangan yang menjadikanku cengeng malam ini...

    Sungguh, tak sanggup lagi aku merasanya, aku terlalu sakit untuk sebuah perpisahan.
    Andai ada sebuah janji dari mereka untuk kembali bertemu dan membuat kenangan yang lebih indah tentunya... aku akan sangat bahagia dan tak secengeng ini...



    dan dari segalanya, melalui air mata yang menjelma menjadi kata-kata ini, Ila sangat berterimakasih untuk semua ukiran-ukiran kenangan yang membawaku melangkah ke depan, serta maaf yang sebesar-besarnya karena Ila begitu banyak menyusahkan kalian...

    Walau sebulan kita dipertemukan Yang Kuasa, tapi kalian telah menjadi saudaraku. Aku menyayangi kalian...


    Berjanjilah untuk BERUSAHA memperdengarkan TAWA kalian suatu hari nanti di suatu tempat dimana aku berpijak... karena tawa kalian bagian dari semangatku...


    Aku terlalu sakit untuk mengatakannya, tapi ini harus
    Sayounara.... 



    -ILa-

    Posting Komentar